PONTIANAK, Infoindonesia.net – Langit pagi masih basah ketika M Tasya memutar gas sepeda motornya. Dari Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, ia menembus jarak hampir 200 kilometer menuju Pontianak.
Enam jam perjalanan ditempuh tanpa ragu, melewati jalanan berliku dan kabut tipis.
Semua demi satu tujuan, mengikuti Uji Kompetensi Wartawan (UKW) yang digelar di Pendopo Gubernur Kalbar, Jumat dan Sabtu, 19-20 September 2025.
“Saya menemukan orang-orang baru di sini. Juga wawasan baru,” ucapnya, senyum semringah terbit di wajah yang letih.
Bagi Tasya, perjalanan ini bukan sekadar menempuh kilometer, melainkan perjalanan batin menuju pengakuan profesional seorang jurnalis.
Di hadapannya, 47 rekan sejawat lain dari berbagai penjuru Kalbar juga hadir. Mereka datang membawa semangat yang sama: menguji diri, meneguhkan marwah profesi.
Info Ruang Kompetensi
Kegiatan bertajuk “Turut Menguatkan PWI dengan Uji Kompetensi dan Profesionalitas” ini diorganisasi Lembaga Uji Kompetensi Wartawan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat.
Puluhan jurnalis dari media cetak, elektronik, dan daring duduk berdampingan. Di hadapan mereka, panel penguji berpengalaman siap menilai bukan hanya teori, tetapi juga etika dan ketajaman analisis.
Tujuannya sederhana namun mendalam: melahirkan wartawan yang benar-benar kompeten, andal menyampaikan informasi akurat, berimbang, dan terpercaya.
Direktur UKW PWI Pusat, Aat Surya Safaat, membuka acara dengan nada tegas.
“Kegiatan UKW ini merupakan salah satu program untuk mengukur dan meningkatkan kompetensi wartawan. Maka acara ini akan kita selenggarakan secara rutin setiap tahun,” ujarnya.
Kata-kata itu bergema di ruang pendopo, menandai komitmen bahwa uji kompetensi bukan seremoni, melainkan kebutuhan.
Ini Garda Demokrasi
Hadir pula Sekjen PWI Pusat Zulmansyah Sekedang, serta perwakilan Polda Kalbar, AKBP Prinanto. Mereka berdiri bersama, menegaskan bahwa pers dan aparat negara bisa sejalan dalam menjaga kualitas informasi.
Plt Ketua PWI Kalbar, Wawan Suwandi, menambahkan, “UKW kali ini diikuti 48 peserta dari 14 kabupaten/kota di Kalimantan Barat.” Sebuah angka yang mencerminkan betapa luasnya jangkauan semangat profesionalisme.
Dukungan juga datang dari kepolisian. AKBP Prinanto menyampaikan harapan agar seluruh peserta lulus dengan baik.
“Dengan jurnalis yang kompeten, pemberitaan yang aktual, faktual, dan terpercaya akan tercapai. Pada akhirnya, peran media dalam mencerdaskan masyarakat akan terwujud,” tegasnya.
Di balik ucapan itu, tersimpan pesan mendasar: pers bukan hanya pelapor, tetapi juga pendidik publik.
Denyut Profesi Menanjak
Di tengah derasnya arus informasi, wartawan dituntut lebih dari sekadar cepat menulis.
Mereka harus menguasai etika, data, dan kepekaan sosial. UKW menjadi benteng sekaligus cermin.
Para peserta melewati simulasi liputan, uji penulisan, dan wawancara mendalam. Tidak ada ruang untuk asal-asalan.
Setiap kata diuji, setiap informasi dipertanyakan. Dari sinilah lahir wartawan yang mampu menimbang fakta dan menjaga integritas.
Kalimantan Barat menjadi saksi bahwa profesi jurnalis bukan sekadar pekerjaan, melainkan panggilan. Dalam ruang pendopo, semangat itu terasa pekat.
Derap Langkah Panjang
Uji kompetensi ini bukan akhir, melainkan awal dari proses panjang. Bagi M Tasya dan rekan-rekannya, sertifikat kelulusan hanyalah tanda bahwa mereka telah melewati satu rintangan.
Tantangan sesungguhnya ada di lapangan: bagaimana menjaga profesionalisme di tengah tekanan industri, godaan klik-bait, dan derasnya hoaks.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat bersama PWI berjanji menjadikan kegiatan serupa agenda tahunan.
Harapannya jelas, mencetak lebih banyak jurnalis yang tak hanya cepat, tetapi juga cermat dan beretika.
Gema Keberlanjutan Membumi
Dalam konteks nasional, UKW Kalbar menjadi contoh. Ketika daerah lain masih berjuang menjaga kualitas informasi, Kalimantan Barat melangkah maju, memastikan persnya tetap tegak sebagai pilar keempat demokrasi.
Sore itu, ketika pendopo mulai lengang, M Tasya kembali menatap jalan panjang ke Sanggau.
Di tangannya mungkin belum ada trofi, tetapi di dadanya berkobar semangat baru. Baginya, menjadi wartawan bukan hanya profesi, melainkan janji kepada publik. Janji untuk tetap kompeten, berimbang, dan setia pada kebenaran.
Dengan semangat perjalanan dan ujian kompetensi yang ketat, UKW Kalimantan Barat 2025 bukan sekadar acara seremonial.
Ia adalah pengingat bahwa wartawan sejati lahir dari proses panjang, keberanian menempuh jarak, dan kesetiaan pada kebenaran.
Ini meski harus menempuh 200 kilometer dan enam jam berkendara, seperti kisah M Tasya yang tak gentar mengejar profesionalisme.















