BeritaKalbar,Otomotif

Dari Triliunan ke Recehan: Matematika Ajaib Perusahaan Dermawan

Infoindonesia
15
×

Dari Triliunan ke Recehan: Matematika Ajaib Perusahaan Dermawan

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Wakil Gubernur Kalbar, Krisantus Kurniawan, geram kepada perusahaan yang “mengeruk” SDA ratusan triliun tapi hanya menyumbang Rp1,5 juta untuk Pekan Gawai Dayak 2025. Baca ulasan satir mendalam tentang ironi korporasi “kaya raya” yang enggan berbagi!

Foto: Wakil Gubernur Kalimantan Barat Krisantus Kurniawan. (Istimewa)

PONTIANAK, Infoindonesia.net – Kalau ada kontes “Sumbangan Paling Ironis Se-Abad”, mungkin para perusahaan di Kalimantan Barat ini layang jadi juara.

Example 300x600

Bagaimana tidak? Wakil Gubernur Krisantus Kurniawan sampai angkat bicara—atau lebih tepatnya, angkat amarah—karena sumbangan mereka untuk Pekan Gawai Dayak ke-39 cuma Rp1,5 juta.

“Mungkin sudah ratusan triliun mereka mengeruk kekayaan alam Kalbar, tapi nyumbang cuma Rp1,5 juta,” ujar Krisantus dengan nada yang lebih tajam dari parang mandau.

Bayangkan: perusahaan-perusahaan ini mengambil kayu, kelapa sawit, batu bara, dan emas dari bumi Kalbar, lalu ketika diminta “balas budi” untuk acara budaya, yang keluar cuma duit seharga 1 unit iPhone bekas.

Pertanyaannya:

  • Apakah mereka pikir Gawai Dayak bisa dijalankan dengan doa dan harapan?
  • Atau mungkin mereka mengira Rp1,5 juta cukup untuk membiayai satu tarian tradisional plus hiburan musik?

Gotong Royong ala Korporat: Ketika ‘Ringan’ di Laporan Keuangan, Berat di Hati Warga

Wakil Gubernur Krisantus Kurniawan dengan lantang mengingatkan: “Kalau semua gotong royong, kan ringan!”

Tapi tampaknya, bagi beberapa perusahaan, “gotong royong” artinya:

“Gotong” = ambil semua sumber daya alam.

“Royong” = lalu kabur tanpa tanggung jawab.

Wakil Gubernur Krisantus Kurniawan bahkan sampai ancam colok biji mata—meski kita harap itu hanya kiasan—karena betapa “kebelet”-nya dia melihat sikap apatis korporasi ini.

Fakta Menyedihkan:

Jika setiap perusahaan menyumbang minimal Rp5 juta, Gawai Dayak bisa jadi 10x lebih meriah.

Tapi nyatanya, mereka lebih memilih “strategi CSR ala kadarnya”—alias seadanya, asal ada.

Kalbar Bukan ATM: Ultimatum Wakil Gubernur untuk Perusahaan ‘Berkantong Tebal’

“Kalau tidak mau ikut aturan, angkat kaki jak!”

Kalimat itu bukan dari preman pasar, tapi dari Wakil Gubernur Kalbar sendiri. Krisantus Kurniawan jelas tidak main-main.

Dia ingin perusahaan yang “makan” dari Kalbar juga “muntah” sedikit untuk pembangunan budaya.

Beberapa Poin Kritis:

CSR atau PR? – Banyak perusahaan menganggap CSR (Corporate Social Responsibility) sekadar pencitraan, bukan tanggung jawab.

Aturan atau Kucing-Kucingan? – Jika tidak ada sanksi tegas, perusahaan akan terus “main kucing-kucingan” dengan kewajiban sosial mereka.

Budaya vs Ekonomi – Kalbar bukan hanya ladang uang, tapi juga rumah budaya yang harus dijaga.

Ketika Rp1,5 Juta Lebih Mahal dari Reputasi. Bayangkan:

  1. Perusahaan miliaran bahkan triliunan tapi sumbangan tidak sampai harga 1 gram emas.
  2. Mereka bisa bayar gaji direktur ratusan juta per bulan, tapi untuk acara budaya, “budgetnya habis”.

Ini bukan lagi soal uang, tapi sikap. Krisantus bilang, “Cintai Kalbar, sayangi Kalbar!”

Tapi sepertinya, bagi beberapa korporasi, Kalbar hanya tambang uang, bukan tanah yang perlu dihargai.

Gawai Dayak Bukan Sekadar Pesta, Tapi Cerminan Martabat

Pekan Gawai Dayak bukan hanya ritual adat, tapi juga identitas Kalimantan Barat. Jika perusahaan-perusahaan besar tidak peduli, lalu siapa lagi?

  • Wakil Gubernur sudah berteriak, sekarang tinggal kita lihat:
  • Apakah perusahaan-perusahaan ini akan “bangun dari tidur nyenyaknya”?
  • Atau mereka akan tetap “berpura-pura tuli” sambil terus mengeruk keuntungan?

Satu hal yang pasti: Jika mereka terus bersikap seperti ini, mungkin rakyat Kalbar akan lebih menghargai perusahaan yang benar-benar peduli meski kecil daripada korporasi besar yang hitung-hitungan recehan. (ARP)

Example 300250
Example 120x600