CIANJUR, Infoindonesia.net – Di tengah gegap gempita Car Free Day biasanya dipadati kaum hipster bersepeda atau influencer berfoto, ada yang berbeda Minggu pagi itu (22/6/2025).
Sebuah tenda merah berdiri gagah di depan ruko Jalan KH Abdullah Bin Nuh.
Bukan lapak es kopi susu, bukan pula bazar thrift shop—tapi tempat orang-orang rela ditusuk jarum demi… kemanusiaan? Ah, atau mungkin demi caption Instagram?
Ya, IPWL Garda Mencegah Dan Mengobati (GMDM) Kabupaten Cianjur Jawa Barat menggelar bakti sosial donor darah.
Tema besar: memperingati Hari Anti Narkotika Internasional (HANI) 2025. Kolaborasi dengan PMI Cianjur.
Tujuannya mulia. Tapi, di balik tetesan darah, ada cerita yang lebih juicy ketimbang kantong darah itu sendiri.
Darah Mengalir, Pamor Naik Gubernur Dedi Mulyadi?
Ketua IPWL GMDM Cianjur, Ade Kusnadi, bersemangat bercerita: “Alhamdulillah, antusiasme tinggi! Anggota kami dan warga sekitar ramai-ramai datang.”
Pantas saja. Acara bertepatan dengan CFD—event wajib bagi yang ingin disebut melek sosial.
Jadi, selain jogging dan swafoto, warga bisa donor darah sambil eksis. Siapa tahu dapat story Instagram plus pahala. Dua sekaligus!
Tapi, jangan salah. Ade menegaskan: “Ini bukan cuma untuk anggota GMDM, tapi terbuka untuk umum!”
Artinya, siapa pun boleh datang. Asal kadar hemoglobinnya cukup, dan niatnya tidak cuma buat konten kayak Gubernur Dedi Mulyadi.
“Yang Hadir: Dari Mantan Tentara Sampai Polisi—Ada Apa Sebenarnya?”
Acara ini bukan sekadar tusuk-jarum-lalu-pulang. Hadir pula deretan nama top:
Aipda F. Joko P. (Pembina IPWL GMDM)—yang pastinya siap siaga kalau-kalau ada yang pingsan karena takut jarum.
Mayor Infanteri (Purn) Didin Saripudin S.Pd M.Pd eks tentara yang mungkin lebih terbiasa dengan peluru ketimbang jarum suntik. Plus para Ketua DPKC dan anggota lain.
Pertanyaannya? Apa hubungan donor darah dengan narkoba? Ade menjelaskan: “Ini bagian dari kampanye hidup sehat, jauh dari narkotika.”
Ah, masuk akal. Darah bersih lebih baik daripada darah teracuni ganja atau sabu.
Tapi, apakah peserta donor darah ini benar-benar clean? Atau justru ada yang datang biar bisa proof ke polisi: “Lihat, Pak, darah saya masih merah, bukan kebiruan!”
Pahlawan di Balik Layar (dan Jarum)
Tim PMI Cianjur bekerja keras. Mereka yang sebenarnya star dari acara ini. Tanpa mereka, donor darah cuma jadi teater tanpa aktor.
Jarum-jarum itu menusuk dengan setia, mengalirkan darah ke kantong-kantong plastik—yang nantinya akan menyelamatkan nyawa.
Tapi, di tengah heroiknya, ada sedikit ironi: Bagaimana jika sebagian pendonor adalah mantan pecandu?
Bukankah ini simbol rebirth—dari user narkoba jadi penyumbang kehidupan?
Di era sosial media, setiap aksi sosial punya dua wajah: Yang tulus—rela bangun pagi, antre, ditusuk jarum, lalu pulang dengan senyum puas.
Yang cari ekspos datang, donor, upload foto, tag PMI dan GMDM, lalu nunggu like berjejal.
Ade Kusnadi mungkin tidak peduli. Baginya, yang penting darah mengalir, kantong PMI terisi.
Tapi, kita boleh bertanya: Berapa banyak dari peserta ini yang akan datang lagi bulan depan—tanpa ada CFD, tanpa ada panggung?
Darah, Narkoba, dan Cianjur
Lokasi: Ruko Jalan KH Abdullah Bin Nuh, Pamoyanan, Cianjur.
Waktu: Minggu, 22 Juni 2025.
Peserta: 150+ pendonor (gabungan anggota GMDM & warga).
Tujuan: Memperingati HANI 2025 + penambah stok darah PMI.
Fakta menarik, Cianjur termasuk daerah dengan kasus narkoba menengah di Jabar. Aksi ini jadi wake-up call—masih banyak yang peduli.
Di akhir hari, darah-darah itu akan dikirim ke rumah sakit. Menolong orang sakit, ibu melahirkan, korban kecelakaan. Tapi, di balik itu, ada cerita lain:
Para pendonor—mungkin ada yang tulus, mungkin ada yang sekadar ikut trend. GMDM—berhasil branding diri lewat aksi sosial.
Bagi yang membaca berita ini, tersenyum kecut, lalu share ke WhatsApp Group.
Inilah Indonesia. Di mana setiap aksi kemanusiaan selalu punya hidden plot.